isra' mikraj

0
Mi'raj


Memang banyak didengar keterangan yang mengatakan bahwa Nabi Muhammad sewaktu Mi'rajnya menerima perintah Shalat langsung dari ALLAH. Ditambahkan pula dengan cerita pertemuan beliau dengan beberapa orang Nabi di langit, di antaranya Nabi Musa yang mengusulkan agar Shalat yang diperintahkan 50 kali sehari dikurangi, untuk mana Nabi Muhammad berulang kali kembali naik menemui ALLAH untuk memohon agar perintah itu diringankan, dan diringankan lagi. Akhirnya terdapatlah kata putus bahwa Shalat harus dilaksanakan lima kali dalam sehari. Dalam hal ini banyak sekali yang harus dibicarakan, tentunya berdasarkan Firman ALLAH, pengalaman dan logika karena memang Islam adalah agama logis, cocok dengan capaian pemikiran wajar.

1. Berdasarkan Ayat 33/40, ternyata Muhammad ditentukan ALLAH sebagai Nabi terakhir, penutup para Nabi. Jika benar beliau menemui Nabi Musa di langit begitupun Nabi lainnya, maka kelirulah Ayat 33/40 tadi padahal berulang kali dinyatakan dalam Alquran bahwa Ayat-ayat Suci itu tidak pernah mengandung keraguan, kekeliruan, dan pertantangan. Pengalaman dan pemikiran membuktikan bahwa Ayat 33/40 adalah benar, tiada Nabi lain sewaktu Muhammad hidup dan pada waktu sesudahnya. Beliau tidak pernah bertemu dengan seorang Nabi manapun di dunia ini. Sebab itu jelaslah bahwa keterangan tadi palsu, salah, atau dongeng yang dipalsukan.

2. Keterangan itu menyatakan Muhammad bertemu dengan Nabi Musa dan beberapa Nabi lain yang dulunya bertugas di Bumi dan telah mati sekira ratusan atau ribuan tahun sebelumnya. Ini berarti bahwa para Nabi tersebut hidup kembali lalu berjumpa dengan Muhammad.
Keterangan ini pun berlawanan dengan pengalaman dan pemikiran wajar, apalagi dengan ketentuan ALLAH pada beberapa Ayat Suci seperti misalnya Ayat 40/11, bahwa manusia hanyalah hidup dua kali dan mati dua kali. Mati pertama ialah sebelum manusia dilahirkan ibunya, mati kedua yaitu kematian yang setiap diri harus mengalaminya di dunia kini. Sementara itu hidup pertama ialah hidup di dunia kini, dan hidup kedua yaitu kebangkitan semua diri di Akhirat nanti. Itulah dua kali mati dan dua kali hidup yang pasti terlaksana, maka tiada hidup dan tiada mati selain dari itu. Karena itu teranglah keterangan tadi suatu kepalsuan yang sengaja diada-adakan.

3. Dikatakan Muhammad bertemu dengan Nabi Musa di langit begitupun dengan beberapa Nabi lain. Istilah langit sudah lama menjadi sebutan, tetapi dalam Alquran dipakai dengan istilah "samawaat." Menurut Ayat 65/12, ternyata samawaat itu planet-planet yang wujud dan keadaannya sama dengan Bumi. Memang ada tujuh planet mengorbit di atas Bumi mengelilingi Surya, planet-planet itu ialah Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, Pluto, dan Muntaha. Menurut pemikiran wajar, tidak mungkin para Nabi tersebut akan dijumpai Muhammad di planet lain karena Musa misalnya sudah lama meninggal dunia dan berkubur di Bumi. Kalau akan ditemui juga, tentulah yang mungkin ditemui adalah tulang belulangnya di Bumi, bukan di planet lain apalagi dalam keadaan hidup segar. Keadaan inipun membuktikan bahwa keterangan tadi hanyalah isapan jempol dengan maksud tertentu.

4. Dikatakan bahwa Nabi Musa telah mengusulkan kepada Muhammad agar naik kembali menemui ALLAH untuk memohon perintah Shalat dikurangi dari 50 kali menjadi 5 kali sehari. Dalam hal ini timbul pertanyaan, apakah Nabi Musa lebih cerdas daripada Muhammad? Apakah dengan itu orang-orang Yahudi bermaksud meninggikan Nabi pembawa Taurat daripada Nabi pembawa Alquran?
Sebaiknya orang-orang Islam mempertimbangkan masak-masak sebelum membenarkan dongeng tak teranalisakan itu.

5. Dikatakan Muhammad naik kembali menemui ALLAH untuk memohon agar perintah Shalat 50 kali sehari dikurangi dan dikurangi hingga menjadi 5 kali sehari, yaitu sepuluh persen dari jumlah yang ditetapkan bermula.
Semisalnya seorang pedagang menyatakan harga barangnya 50 rupiah kemudian sesudah tawar-menawar, barang itu dijualnya 5 rupiah, maka pada otak si pembeli akan timbul suatu anggapan bahwa pedagang itu sangat kejam atau kurang waras. Sebaliknya pedagang waras yang menghadapi penawar barangnya sepuluh persen dari harga yang ditetapkannya, tentu tidak akan meladeni penawar itu karena dianggapnya kurang waras.
Dalam pada itu Ayat 6/115, 10/64, menyatakan tiada perubahan bagi Kalimat
ALLAH, dan Ayat 33/62, 35/43, menyatakan tiada perubahan bagi Ketentuan ALLAH dan Ayat 30/30 menyatakan tiada perubahan bagi Ciptaan ALLAH. Jika masih berlaku tawar-menawar antara Muhammad dan ALLAH mengenai jumlah Shalat setiap hari, tentulah pernyataan ALLAH pada beberapa Ayat Suci tersebut tidak benar. Namun menurut pemikiran wajar, tidaklah mungkin berlaku tawar-menawar antara Khaliq dan makhIuk-NYA.

6. Dikatakan bahwa sewaktu Mi'raj, Nabi menjemput atau menerima perintah Shalat dari ALLAH, kemudian sesudah berjumpa dengan Musa, beliau naik kembali berulang kali menemui ALLAH untuk memohon keringanan. Hal ini menyimpulkan bahwa ALLAH tidak ada di Bumi atau di langit tempat Nabi Musa itu berada. Sungguh keadaan demikian sangat bertantangan dengan Firman ALLAH yang banyak tercantum dalam Alquran, terutama Ayat 50/16, dan 7/3, di mana dinyatakan bahwa ALLAH ada di mana saja bersama setiap diri, malah DIA lebih dekat kepada seseorang daripada urat leher orang itu sendiri. Sebab itu, nyata sekali keterangan tadi batal atau sengaja dimasukkan ke dalam masyarakat Islam oleh penganut agama lain.

7. Dalam Alquran dinyatakan bahwa para Nabi serta pengikutnya sudah melakukan Shalat sebagaimana mestinya sebelum Muhammad lahir di Makkah, begitupun Nabi ini sendiri sebelum dimi'rajkan selama 11 tahun masa kenabiannya. Hal ini telah dibicarakan. Bahkan Muhammad diperintah ALLAH untuk melaksanakan ajaran Ibrahim begitu juga kita semua seperti tersebut pada Ayat 3/95, 6/161, 16/123, dan 22/78, maka keterangan yang menyatakan Muhammad menjemput perintah Shalat sewaktu Mi'rajnya menyimpulkan bahwa Nabi ini tidak pernah Shalat selama 11 tahun kenabiannya, juga menyimpulkan bahwa doktrin Ibrahim belum sempurna dan semua Rasul selama jutaan tahun sebelum Muhammad tidak pernah melakukan Shalat. Hal ini bertantangan dengan pemikiran wajar dan berlawanan dengan Ayat 42/13 yang maksudnya:

شَرَعَ لَكُم مِّنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحاً وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ
وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَن يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَن يُنِيبُ

42/13. DIA syariatkan bagimu dari agama itu apa yang DIA wasiatkan pada Nuh dan yang KAMI wahyukan kepadamu
serta apa yang KAMI wasiatkan pada Ibrahim dan Musa dan Isa agar kamu mendirikan agama itu dan jangan berpecah-pecah padanya.
Sangat besar atas orang-orang musyrik apa yang engkau seru mereka kepadanya. ALLAH memilih kepada-NYA
siapa yang DIA kehendaki serta menunjuki kepada-NYA siapa yang kembali.



Jadi, pendapat yang menyatakan Muhammad menjemput perintah Shalat sewaktu Mi'rajnya sebagai memperlihatkan bahwa Muhammad menganut agama baru, bukan agama Ibrahim dan para Nabi lainnya. Hal ini menantang pada beberapa Ayat Suci terutama Ayat 3/19 dan 3/83.


Alquran selaku Kitab Suci Islam sudah komplit, sempurna, dan selesai untuk dijadikan pedoman dan dasar hukum tentang tiap sesuatu, terutama sekali dinyatakan pada Ayat 5/3, 6/115 dan 16/89. Namun dalam Alquran tidak pernah dinyatakan bahwa Nabi Muhammad menjemput atau menerima perintah Shalat swaktu Mi'rajnya. Beliau dimi'rajkan ALLAH dengan maksud yang utamanya untuk diperlihatkan kepadanya tanda-tanda kebesaran ALLAH tentang Tatasurya dan semesta raya sebagai termuat pada Ayat 17/1, 53/18, 81/23, dan untuk mendahului tingkat peradaban seluruh manusia yang paling tinggi hanyalah penerbangan antar planet dalam daerah Tatasurya ini, dinyatakan pada Ayat 53/17 dan 81/27.


Ayat Suci yang sehubungan dengan Mi'raj Nabi pada garis besarnya terdiri pada empat kelompok, terjemahannya sebagai berikut:

Nabi Ibrahim:

6/75. Seperti itulah KAMI perlihatkan pada Ibrahim kerajaan-kerajaan
planet-planet dan Bumi agar dia termasuk orang-orang yakin.

21/68. Mereka berkata: "Bakarlah dia dan tolonglah tuhan-tuhanmu jika kamu akan melakukan."

21/69. KAMI katakan:”Hai api, jadilah dingin dan keselamatan atas Ibrahim.”

29/24. Maka tiada jawaban kaumnya kecuali mengatakan: "Bunuhlah dia atau
bakarlah dia. “Lalu ALLAH menyelamatkannya dari api (dengan memi'rajkan) .
Bahwa pada yang demikian ada Ayat-ayat bagi kaum beriman.

29/26. Maka Luth percaya padanya yang mengatakanya “Aku hijrah kepada
(planet-planet) Tuhanku, bahwa DIA mulia bijaksana.

37/97. Mereka berkata: "Dirikanlah untuknya bangunan,
lalu tempatkan dia dalam api siksaan.”

37/98. Mereka menginginkan tipu daya padanya,
lalu KAMI jadikan mereka orang-orang rendah.

37/99. Dan dia katakan: "Aku pergi kepada (planet-planet) TUHAN-ku.
DIA akan menunjuki aku."



Nabi Muhammad:

17/1. Mahasuci DIA yang memperjalankan (memi'rajkan) hamba-NYA suatu malam dari Masjidil Haraam
ke Masjidil Aqsha (di planet Muntaha) yang KAMI berkahi kelilingnya (Muhammad) agar KAMI
perlihatkan padanya dari Ayat-ayat KAMI. Bahwa DIA mendengar lagi melihat.

17/90. Mereka katakan: "Kami tidak akan percaya padamu hingga ENGKAU
pancarkan untuk kami berupa mata air dari Bumi. "

17/93. "Atau ada bagimu rumah dari kemewahan, atau engkau melayang di angkasa.
Dan tidaklah kami akan percaya pada layangmu hingga engkau turunkan atas kami kitab yang kami baca.
"Katakanlah: "Mahasuci Tuhanku, adakah aku ini selain seorang Rasul?"

15/87. Sesungguhnya telah KAMI datangkan padamu tujuh (planet)
yang berulang-ulang dan Alquran yang besar.

53/1. Demi bintang (Surya) ketika dia jatuh (di barat).

53/2. Temanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak keliru.

53/3. Dan dia tidak bicara tentang kejatuhan.

53/4. Bahwa dia melainkan wahyu yang diwahyukan.

53/5. Dia ditunjuki oleh Yang Sangat Kuat.

53/6. Pemilik pusat orbit, lalu dia sempurna.

53/7. Dan did add di ufuk (planet) yang lebih tinggi.

53/8. Kemudian dia merendah lalu jadi jelas.

53/9. Maka dia berjarak dua penembakan atau lebih rendah.

53/10. Lalu DIA wahyukan kepada Hamba-NYA apa yang DIA wahyukan.

53/11. Tidaklah mental mendustakan yang dia lihat.

53/12. Apakah kamu ingkari dia akan apa yang dia lihat?

53/13. Sesungguhnya dia (Ibrahim) telah melihatnya pada kesempatan yang lain.
`
53/14. Pada planet Muntaha.

53/15. Padanya ada kebun tempat tinggal.

53/16. Ketika planet itu ditutupi oleh (banjir) yang menutupi.

53/17. Tidaklah menyimpang pemandangan (peradaban) dan tidak melampaui.

53/18. Sungguh dia melihat di antara Ayat-ayat terbesar dari Tuhannya.

81/23. Sungguh dia telah melihatnya di planet nyata.

81/24. Bukanlah dia pendongeng atas keghaiban.

81/25. Juga dia bukan dengan perkataan setan yang diancam.

81/26. Kemanapun kamu pergi (antarplanet) .

81/27. Bahwa dia melainkan pemikiran untuk seluruh manusia.



Pada semua Ayat Suci yang menyangkut dengan Mi'raj, tiada satu pun yang menyatakan Muhammad menjemput atau menerima perintah Shalat, begitupun Ibrahim sewaktu Mi'rajnya. Mungkin orang mendasarkan pendapatnya pada Ayat 53/10 di mana dinyatakan bahwa ALLAH mewahyukan sesuatu kepada Muhammad, tetapi wahyu itu mungkin mengenai persoalan lain, mungkin juga wahyu yang terkandung pada Ayat 15/87, namun yang jelas bahwa tidak seorang pun yang tahu pasti tentang wahyu tersebut. Jika wahyu itu misalnya berisikan perintah Shalat, maka hal ini bahkan lebih praktis dan lebih utama disampaikan ALLAH pada Ibrahim sewaktu Mi'rajnya karena memangnya Ibrahim itu adalah IMAM bagi manusia sesudah topan di zaman Nuh, bahkan juga Muhammad dan kita semua diperintah mengikuti doktrin Ibrahim.

Dengan begitu dapatlah dijawab pertanyaan tadi, bahwa Nabi Muhammad bukanlah menjemput perintan Shalat sewaktu Mi'rajnya tetapi untuk diperlihatkan kepadanya susunan Tatasurya ini dan bintang-bintang lain di angkasa raya yang semuanya tampak jelas atau lebih meyakinkan bila dipandang dari luar lapisan ionosfir. Maka para Nabi serta pengikutnya semenjak dulu kala, begitupun Muhammad sendiri telah lebih dulu melakukan Shalat sebelum kenaikannya ke angkasa itu. Tentang keterangan palsu mengenai Mi'raj, hendaklah orang-orang Islam lebih waspada terhadap siapa pun, karena persoalan Mi'raj adalah persoalan penting terutama dalam abad penerbangan antar planet tentang mana Muhammad sudah lebih dulu mengalaminya selaku Teladan yang baik.

84/19. Pastilah akan kamu naiki (planet-planet itu) dari tingkat ke tingkat.

84/20. Apakah bagi mereka untuk tidak beriman?


Ibadah Shalat telah berlangsung semenjak bermulanya masyarakat manusia ada di dunia ini, karena memang untuk itulah mereka diciptakan ALLAH. Walaupun sesudah kematian seseorang Nabi, para pengikutnya meninggalkan Shalat lalu mengikuti kehendak syahwat seperti dinyatakan pada Ayat 19/59, tetapi di antara masyarakat manusia itu masih ada yang beriman atau yang kemudian bertobat lalu beriman dan beramal shaleh, dijelaskan pada Ayat 19/60.
Kita sudah mengetahui bahwa syarat utama untuk menjadi penduduk Surga di Akhirat nanti ialah melakukan Shalat sewaktu hidup di dunia ini, sebagaimana tampak jelas pada maksud Ayat Suci berikut ini tentang ucapan penyesalan penduduk Neraka:

74/43. Mereka berkata "Kami tidak termasuk orang-orang yang Shalat."

Maka alangkah banyaknya manusia semenjak jutaan tahun yang nantinya akan jadi penduduk Neraka jika Shalat itu baru dilaksanakan orang sesudah Muhammad Mi'raj sekira 15 abad yang lalu. Sementara itu beberapa Ayat Alquran menyatakan adanya masyarakat manusia di planet lain, di antaranya dibuktikan oleh Ayat 3/83 dan 42/29, tetapi sampai pada akhir abad 14 Hijriah, Alquran yang disampaikan Muhammad belum dibawa orang ke planet-planet itu dengan arti bahwa manusia di sana belum Shalat jika Shalat itu baru berlaku menurut ajaran Muhammad. Jika keadaannya benar demikian, tentulah semua penduduk planet lain nantinya akan jadi penduduk neraka. Hal ini berlawanan dengan maksud Ayat 3/83 sendiri, juga dengan maksud Ayat 56/13 yang menyatakan orang-orang dulu lebih banyak menjadi penduduk Surga.

Mungkin penduduk Makkah sewaktu kenabian Muhammad sudah mencampurkan syirik ke dalam ibadah Shalat, terbukti dengan Ka'bah masih dianggap tempat paling mulia di Bumi sementara bapak Nabi bernama Abdullah berarti Hamba ALLAH dan ibunya bernama Aminah berarti Yang Beriman, namun keadaan sebenarnya dari penduduk Makkah waktu itu masih sangat kabur dan belum kita dapatkan yang pasti tentangnya, maka menghabiskan syirik itulah salah satu dari tugas Nabi. Kemudian itu berlakulah Shalat menurut yang diredhai tanpa syirik, dan ibadah ini akan tetap berlaku sampai ke akhir zaman, sementara penduduk planet lain dalam Tatasurya ini akan beriman menurut Alquran yang akan mereka terima sesudah berlakunya penerbangan antar planet, dinyatakan pada Ayat 15/15, 43/14, walaupun di antara mereka masih juga terdapat yang kafir menurut Ayat 14/4 dan 43/15.

0 comments: